Selama ribuan
tahun lamanya manusia membayangkan apakah ada kehidupan di alam semesta
sana, tapi kini, teknologi untuk menemukan itu akhirnya tersedia.
"Setelah 50 tahun, kemanusiaan kini berada pada satu era yang bisa memberikan data mengenai apakah ada kehidupan lain di alam semesta," kata Mary Voytek, Kepala Astrobiologi Badan Ruang Angkasa AS (NASA), kepada Kongres AS.
Untuk menemukan kehidupan
ekstraterestrial --entah mikroba atau kehidupan cerdas-- para ilmuwan
memerlukan teleskop yang mampu mendeteksi planet-planet seperti Bumi
yang bertetangga dengan Bumi. Selain itu juga memerlukan cara untuk
mendeteksi tanda biologis kehidupan atau tanda-tanda teknologis makhluk
asing.
4 Desember lalu para pakar astrobiologi
telah meminta Kongres AS untuk berinvestasi untuk babak berikutnya
pencarian kehidupan di luar Bumi.
"Ini pertama
kali dalam sejarah umat manusia kita memiliki jangkauan teknologis dalam
menemukan kehudupan di planet-planet lain," kata Sara Seager, ilmuwan
keplanetan pada MIT, kepada Komisi Sains, Ruang Angkasa dan Teknologi
DPR AS.
"Manusia akan mengenang kita sebagai (generasi) yang menemukan dunia-dunia seperti Bumi," sambung dia.
Asrobiologi
--ilmu yang mempelajari asal, evolusi, distribusi dan masa depan
kehidupan di alam semesta-- telah mencapai kemajuan pesar dalam beberapa
tahun terakhir.
"Astrobiologi telah menjadi
sebuah tema besar dalam semua usaha sains luar angkasa NASA dan penting
untuk terus mendanainya," kata anggota Kongres dari Demokrat, Eddie
Bernice Johnson.
Misi Kepler telah
mengidentifikasi lebih dari 3.500 planet potensial di luar sistem tata
surya, termasuk 10 yang seukuran Bumi dan berada di zona bisa ditempati
kehidupan dalam bintangnya.
Teleskop ruang
angkasa Hubble dan Spitzer baru-baru ini secara langsung merekam gambar
atmosfer sebuah eksoplanet, sementara penjelajah Mars, Curiosity,
menemukan bukti kondisi masa silam Planet Merah itu bisa ditempati
kehidupan.
Di Bumi sendiri, para ilmuwan
menemukan contoh-contoh mikroba yang bisa hidup dalam
lingkungan-lingkungan paling ekstrem, dari danau vulkanik sampai
gletser.
Bagian kunci dari upaya ini akan
menyelidiki tanda biologis dalam atmosfer planet lain. Contohnya,
oksigen tak berdiri sendiri, sehingga keberadaan oksigen menunjukkan
organisma hidup yang memproduksinya.
Bagian
penting lainnya dari kehidupan di Bumi adalah air, dan para ilmuwan
telah menemukan bentuk air pada atmosfer lima planet kendati
planet-planet ini sangat panas dan seukuran Jupiter.
Teleskop TESS (Transiting Exoplanet Survey Satellite)
milik NASA yang akan diluncurkan 2017, akan mencari
eksoplanet-eksoplanet dengan menggunakan metode perjalanan yang
digunakan misi Kepler dalam mendeteksi planet-planet yang melintasi muka
bintang yang diorbitnya.
Teleskop Ruang
Angkasa James Webb yang akan diluncurkan pada 2018, akan memotret lebih
dekat beberapa planet yang dideteksi TESS.
Akhirnya
para ilmuwan ingin langsung mencitrai planet-planet, namun upaya ini
membutuhkan pemblokiran cahaya satu bintang sehingga sebuah planet bisa
terlihat.
Caranya adalah dengan menggunakan
penyerta teleskop bernama koronograf internal dan membuat bayangan
bintang yaitu objek raksasa seperti bunga yang bisa dipindah-pindah di
ruang angkasa. Para ilmuwan perlu mencoba kedua metode ini untuk
membutkikan salah satunya bekerja, kata Seager.
Estimasi paling optimistis untuk menemukan kehidupan dalam satu dekade ini mungkin adalah teleskop James Webb, kata Seager.
Namun
dia mengatakan pendekatan yang lebih realistis dibutuhkan, termasuk
teleskop generasi mendatang untuk menggantikan teleskop James Webb. Lalu
didapatlah prospek kehidupan cerdas.
Sejarawan
ruang angkasa Stephen Dick menyerukan pembaruan upaya mencari kehidupan
berkecerdasan melalui pencarian berkecerdasan ekstraterestial (SETI).
"Tak ada isyarat biologi yang akan lebih penting daripada sinyal radio,"
kata Dick seperti dikutip space.com.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar